Kenakalan Remaja Dan Olahraga
“SETIAP TUBUH YANG KUAT TERDAPAT
JIWA YANG YANG SEHAT” itu lah peribahasa yang setiap kita dengar di saat kita
melakukan olahraga, setiap manusia pasti membutuhkan olahraga tapi
melaksanakannya secara teratur dan di bantu dengan makanan yang bergizi kalau
tidak teratur dan tidak mengatur makanannya itu bisa menyebabkan tubuh kita
tidak sehat.
Tapi dalam berolahraga siapa saja
bisa melaksanakan dari orang tua maupun sampai anak – anak, tapi disini akan
dibahas tentang olahraga di para kalangan remaja. Di indonesia hampir seluruh
kalangan remajanya melakukan olahraga, karena dengan berolahraga semua penyakit
yang ada di tubuh kita bisa sedikit sembuh dan hilang.
Tapi dalam berolahraga pasti para
kalangan remaja memilih apa yang ingin di mainkan para kalangan remaja, inilah
macam – macam olahraga yan paling sering dimainkan oleh para kalangan remaja :joging, berenang, basket, badminton, sepak bola, dll.
Masa kanak-kanak,
remaja, dewasa dan kemudian menjadi orangtua, tidak lebih hanyalah merupakan
suatu proses wajar dalam hidup yang berkesinambungan dari tahap-tahap
pertumbuhan yang harus dilalui oleh seorang manusia. Setiap masa pertumbuhan
memiliki ciri-ciri tersendiri. Masing-masing mempunyai kelebihan dan
kekurangan. Demikian pula dengan masa remaja. Masa remaja sering dianggap
sebagai masa yang paling rawan dalam proses kehidupan ini. Masa remaja sering
menimbulkan kekuwatiran bagi orangtua. Masa remaja sering menjadi pembahasan
dalam banyak seminar. Padahal bagi si remaja sendiri, masa ini adalah masa
paling menyenangkan dalam hidupnya. Oleh karena itu, para orangtua hendaknya
berkenan menerima remaja sebagaimana adanya. Jangan terlalu membesar-besarkan
perbedaan. Orangtua para remaja hendaknya justru menjadi pemberi teladan di
depan, di tengah membangkitkan semangat, dan di belakang mengawasi segala tindak
tanduk si remaja.
Remaja adalah masa
peralihan dari kanak-kanak ke dewasa. Para ahli pendidikan sependapat bahwa
remaja adalah mereka yang berusia antara 13-18 tahun. Seorang remaja sudah
tidak lagi dapat dikatakan sebagai kanak-kanak, namun masih belum cukup matang
untuk dapat dikatakan dewasa. Mereka sedang mencari pola hidup yang paling
sesuai baginya dan inipun sering dilakukan melalui metode coba-coba walaupun
melalui banyak kesalahan. Kesalahan yang dilakukan sering menimbulkan
kekuatiran serta perasaan yang tidak menyenangkan bagi lingkungan dan
orangtuanya. Kesalahan yang diperbuat para remaja hanya akan menyenangkan teman
sebayanya. Hal ini karenamereka semua memang sama-sama masih dalam masa mencari
identitas. Kesalahan-kesalahan yang menimbulkan kekesalan lingkungan inilah
yang sering disebut sebagai kenakalan remaja.
PEMBAHASAN KENAKALAN REMAJA
Masalah kenakalan
remaja mulai mendapat perhatian yang khusus sejak dibentuknya suatu peradilan
untuk anak-anak nakal atau jouvenille court pada tahun 1899 di Cook Country,
Illinois, Amerika Serikat. Pada waktu itu, peradilan tersebut berfungsi sebagai
pengganti orangtua si anak yang memutuskan perkara untuk kepentingan si anak
dan masyarakat. Dalam pandangan umum, kenakalan anak dibawah umur 13 tahun
masih dianggap wajar, sedangkan kenakalan anak diatas usia 18 tahun dianggap
merupakan suatu bentuk kejahatan.
Penyebab Kenakalan Remaja
Kenakalan siswa (remaja) yang sering terjadi di dalam sekolah dan
masyarakat bukanlah suatu keadaan yang berdiri sendiri (Sudarsono:125-131).
Kenakalan remaja tersebut timbul karena adanya beberapa sebab antara lain :
1.
Keadaan Keluarga
Keadaan keluarga yang dapat menjadikan sebab timbulnya kenakalan remaja
dapat berupa keluarga yang tidak normal (broken home) maupun jumlah anggota
keluarga yang kurang menguntungkan. Broken home terutama perceraian atau
perpisahan orang tua dapat mempengaruhi perkembangangan anak. Dalam keadaan ini
anak frustasi, konflik-konflik psikologis sehingga keadaan ini dapat mendorong
anak menjadi nakal.
Keadaan keluarga merupakan salah satu penyebaba kenakalan remaja juga dapat
ditimbulkan oleh kebiasaan perilaku orang tua, seperti dikemukankan oleh
Papalia, Olds dan Feldman (2001 : 474 ) sebagai berikut, ”Parent cronic
deliquent often failed to reinforce good behavior in early childhood and were
harsh or inconsaistent, or both, in punishing misbehavior.” Pendapat senada
dikemukakan Mustafit Amna (2002 : 2) yang mengatakan faktor keluarga penyebaba
kenakalan anak adalah perhatian dan penghayatan dan pengamalan orang tua atau
keluarga terhadap agama. Nelson, Rutter, dan Giller dalam Easler dan Medway
(2004:74) juga mengatakan. ” …. Antisocial behaviors resulf from socialization
processes at home or in peer group.”
2. Keberadaan Pendidikan Formal
Dewasa ini sering terjadi perlakuan guru yang tidak adil, hukuman yang
kurang menunjang tercapainya tujuan pendidikan, ancaman dan penerapan disiplin
terlalu ketat, disharmonis hubungan siswa dan guru, kurangnya kesibukan belajar
di rumah. Proses pendidikan yang kurang menguntungkan bagi perkembangan jiwa
anak kerapkali memberikan pengaruh kepada siswa untuk berbuat nakal, sering
disebut kenakalan remaja.
Di dalam sekolah terjadi interaksi antara remaja (siswa) dengan sesamanya,
juga interaksi antara siswa dengan pendidik, interaksi yang mereka lakukan di
sekolah sering menimbulkan akibat sampingan yang negatif. Seperti pendapat Sri
Jayantini (2004:3) yang mengatakan sifat anak yang selalu ingin mengungguli
temannya dengan cara menekan atau mengancam bila dibiarkan saja, memberikan
peluang bagi anak untuk menyelesaikan setiap masalah dengan cara kekerasan.
Anak-anak yang memasuki sekolah tidak semuanya berwatak baik, baik dari
kebiasaan anak yang negatif maupun dari faktor keluarga anak (siswa). Dengan
keadaan ini akan mudah menimbulkan konflik-konflik psikologis yang dapat
menyebabakan anak menjadi nakal. Pengaruh negatif sekolah juga dapat datang
dari yang langsung menangani proses pendidikan antara lain : kesulitan ekonomi
yang dialami pendidik, pendidik sering tidak masuk, pribadi pendidik yang tidak
sesuai dengan jiwa pendidik.
3. Keadaan Masyarakat
Anak remaja (siswa) sebagai anggota masyarakat selalu mendapat pengaruh
dari lingkungan masyarakatnya. Pengaruh tersebut adanya beberapa perubahan
sosial yang cepat yang ditandai dengan peristiwa yang sering menimbulkan
ketegangan seperti persaingan dalam ekonomi, pengangguran, masmedia, dan
fasilitas rekreasi.
Pada dasarnya kondisi ekonomi memiliki hubungan erat dengan timbulnya
kejahatan. Adanya kekayaan dan kemiskinan mengakibatkan bahaya besar bagi jiwa
manusia, sebab kedua hal tersebut mempengaruhi jiwa manusia dalam hidupnya
termasuk anak-anak remaja. Anak dari keluarga miskin ada yang memiliki perasaan
rendah diri sehingga anak tersebut dapat melakukan perbuatan melawan hukum
terhadap orang lain. Seperti pencurian, penupian dan penggelapan. Biasanya
hasil yang diperoleh hanya untuk berfoya-foya.
Timbulnya pengangguran yang semakin meningkat di dalam masyarakat terutama
anak-anak remaja akan menimbulkan peningkatan kejahatan bahkan timbilnya niat
di kalangan remaja untuk berbuat kejahatan. Keadaan ini tentunya dapat
mempengaruhi motivasi siswa dalam belajar sehingga kadang jadi tidak
bersemangat untuk belajar.
Di kalangan masyarakat sendiri sudah sering terjadi kejahatan seperti
pembunuhan, penganiayaan, pemerkosaan, pemerasan, gelandangan, dan pencurian.
Bagi anak remaja keinginan berbuat jahat kadang timbul karena bacaan,
gambar-gambar dan film. Kebiasaan membaca buku yang tidak baik (misal novel
seks), pengaruh tontonan gambar-gambar porno serta tontonan film yang tidak
baik dapat mempengaruhi jiwa anak untuk berperilaku negatif. Pendapat ini
sejalan dengan pendapat Barak yang ditulis Grochowski (2002:340) yang
mengatakan, ”The perception of crime is the product of the Media ”Multiplied”
by the ”Additive” effects of the political economy and cultur over time.”
MENGATASI KENAKALAN REMAJA DENGAN OLAHRAGA
Untuk menghindari masalah yang akan timbul
akibat pergaulan, selain mengarahkan untuk mempunyai teman bergaul yang sesuai,
orang tua hendaknya juga memberikan kesibukan dan mempercayakan sebagian
tanggung jawab rumah tangga kepada si remaja. Pemberian tanggung jawab ini
hendaknya tidak dengan paksaan maupun mengada-ada. Si remaja di beri pengertian
yang jelas sekaligus diberikan teladan. Sebab dengan memberikan tanggung jawab
dalam rumah akan dapat mengurangi waktu ’ kluyuran ” tidak karuan dan sekaligus
dapat melatih anak mengetahui tugas dan kewajiban serta tanggung jawab dalam
rumah tangga. Mereka dilatih untuk disiplin serta mampu memecahkan masalah
sehari-hari, mereka dididik mandiri
bagaimana olahraga mengatasi kenakalan remaja :
1.
Dengan berolahraga maka remaja akan
disibukkan berolahraga sehingga remaja tidak sempat membuat kenakalan.
2.
Dengan berolahraga maka remaja akan
lebih bertanggung jawab terhadap yg dilakukan karena dalam olahraga sangat
diajarkan kedisiplinan.
3.
Karena dengan berolahraga dapat merubah
mindset, sehingga dapat merubah pikiran remaja agar melakukan hal-hal positif
4.
Jika anak tersebut suka berkelahi maka
orangtua harus mengarahkannya ke olahrag beladiri.dan begitu juga dengan yg
lain
Dalam memberikan pengarahan dan pengawasan terhadap remaja yang sedang
jatuh cinta, orang tua hendaknya bersikap seimbang, seimbang antara pengawasan
dengan kebebasan. Semakin muda usia anak, semakin ketat pengawasan yang
diberikan tetapi anak harus banyak diberi pengertian agar meraka tidak
ketakutan dengan orang tua yang dapat menyebabkan mereka berpacaran dengan
sembunyi-sembunyi. Apabila usia makin meningkat, orang tua dapat memberi lebih
banyak kebebasan kepada anak. Namun harus tetap dijaga agar mereka tidak salah
jalan, menyesali kesalahan yang telah dilakukan sesungguhnya kurang bermanfaat.
PENUTUP
Inti
pendidikan ini terdiri dari dua hal yaitu :
1. MALU
BERBUAT JAHAT
Benteng
penjaga pertama agar remaja tidak salah langkah dalam hidup ini adalah
menumbuhkan hiri atau rasa malu melakukan perbuatan yang tidak benar atau
jahat.
Dalam
memberikan pendidikan, orangtua hendaknya dengan tegas dapat menunjukkan kepada
anak perbedaan dan akibat dari perbuatan baik dan tidak baik atau perbuatan
benar dan tidak benar. Kejelasan orangtua menerangkan hal ini akan dapat
menghilangkan keraguan anak dalam mengambil keputusan. Keputusan untuk memilih
kebaikan dan meninggalkan kejahatan. Penjelasan akan hal ini sebaiknya
diberikan sejak dini. Semakin awal semakin baik
2. TAKUT
AKIBAT PERBUATAN JAHAT
Apabila
anak bertambah besar, orangtua selain menunjukkan bahwa suatu perbuatan
tertentu tidak pantas, memalukan untuk dilakukan oleh anaknya, maka orangtua
dapat meningkatkannya dengan memberikan uraian tentang akibat perbuatan buruk
yang dilakukan anaknya. Akibat buruk terutama adalah yang diterima oleh si anak
sendiri, kemudian terangkan pula dampak negatif yang akan diterima pula oleh
orangtua, keluarganya serta lingkungannya. Orangtua dapat memberikan
perumpamaan bahwa bila diri sendiri tidak ingin dicubit, maka janganlah
mencubit orang lain. Artinya, apabila kita tidak senang terhadap suatu perbuatan
tertentu, sebenarnya hampir semua orang pun bahkan semua mahluk cenderung tidak
suka pula dengan hal itu. Rata-rata semua mahluk, dalam hal ini, manusia
memiliki perasaan serupa. Penjelasan seperti ini akan membangkitkan kesadaran
anak bahwa perbuatan buruk yang tidak ingin dialaminya akan menimbulkan
perasaan yang sama bagi orang lain. Dan apalagi bila telah tiba waktunya nanti,
kamma buruk berbuah, penderitaan akan mengikuti si pelaku kejahatan.
Berita Olahraga terupdate seputar Olahraga Sepak Bola Tim Manchester United
ReplyDeleteGabung bersama Fans MU Ikuti terus Update Setiap Harinya.