Masalah Pembinaan Anak usia Dini


Dunia anak adalah dunia bermain, dari mulai bangun tidur sampai tidur kembali yang ada dalam fikiran anak adalah bermain. Maka wajar apabila bermain merupakan salah satu prinsip dasar dalam pendidikan anak usia dini. Melalui bermain anak akan belajar berbagai hal, antara lain anak akan belajar mengenal lingkungan di sekitarnya, belajar dalam menguasai beberapa keterampilan hidup seperti keterampilan berbahasa, bersosialisasi, dan lainnya.
Salah satu tujuan perkembangan anak usia dini adalah merangsang pertumbuhan fisik-motorik melalui kegiatan-kegiatan pendidikan jasmani dan olahraga.
Kegiatan pendidikan jasmani dan olahraga dalam pendidikan anak usia dini harus mengacu pada prinsip-prinsip pendidikan anak usia dini, antara lain seperti yang telah diuraikan di atas, melalui kegiatan bermain. Kegiatan bermain dapat dilakukan dengan berbagai model yang sederhana dan dapat dirancang oleh guru dengan media-media yang ada di lingkungannya. Oleh karena itu, pendidikan jasmani dan olahraga untuk anak usia dini dilakukan baik langsung maupun tidak langsung, contoh kegiatan langsung misalnya melalui kegiatan senam anak, sedangkan kegiatan olahraga tidak langsung misalnya kegiatan-kegiatan yang merangsang penggunaan fisik-motorik anak dalam prosesnya.


A.     Manfaat Bermain Dalam Mengembangkan Keterampilan Motorik
Menurut Solehuddin (1997:77) bermain dapat dipandang sebagai suatu kegiatan yang bersifat volunteer, spontan, terfokus pada proses, memberi ganjaran secara instrinsik, menyenangkan, aktif dan fleksibel. Semakin kuat ciri-ciri termuncul dalam sebuah kegiatan maka semakin jelaslah bahwa kegiatan tersebut adalah kegiatan bermain.
Hal yang tidak dipungkiri bahwa bermain merupakan kegiatan yang tidak terpisahkan pada kehidupan anak. Bermain merupakan aktivitas utama anak ketika ia dalam keadaan terjaga, sebab melalui bermainlah anak belajar berbagai hal, memahami kehidupan dan mengumpulan informasi mengenai sesuatu. Sehingga dalam pendidikan anak, bermain merupakan alat belajar utama dalam mencapai tujuan pendidikan anak. Selain itu, bermain mempunyai multi fungsi dalam perkembangan dan pertumbuhan anak. Dalam hal ini Solehuddin (1997:79)  menyatakan bahwa:
Bermain memungkinkan anak untuk membangun pengetahuan baru, mengembangkan keterampilan social, mengembangkan kecakapan untuk mengatasi kesulitan, mengembangkan rasa memiliki kemampuan, dan dapat mengembangkan keterampilan-keterampilan motoriknya.
Salah satu tujuan bermain seperti di uraikan Solehuddin di atas salah satunya adalah mengembangkan keterampilan-keterampilan motoriknya. Sebab dalam bermain biasanya mendorong anak untuk bergerak, seperti melompat, berlari, menari, berputar, dan gerakan-gerakan lainnya. Selain itu, masih banyak manfaat kegiatan bermain dalam mendorong bentuk-bentuk kecerdasan lainnya.
Motorik merupakan perkembangan pengendalian gerakan tubuh melalui kegiatan yang terkoordinir antara susunan saraf, otot, otak, dan spinal cord. Perkembangan motorik meliputi motorik kasar dan halus. Motorik kasar adalah gerakan tubuh yang menggunakan otot-otot besar atau sebagian besar atau seluruh anggota tubuh yang dipengaruhi oleh kematangan anak itu sendiri. Contohnya kemampuan duduk, menendang, berlari, naik-turun tangga dan sebagainya.Sedangkan motorik halus adalah gerakan yang menggunakan otot-otot halus atau sebagian anggota tubuh tertentu, yang dipengaruhi oleh kesempatan untuk belajar dan berlatih. Misalnya, kemampuan memindahkan benda dari tangan, mencoret-coret, menyusun balok, menggunting, menulis dan sebagainya.

B.      Bentuk-bentuk Permainan
Berikut beberapa bentuk permainan yang mampu meningkatkan keterampilan motoriknya, sehingga secara langsung maupun tidak langsung mampu pula merangsang kecerdasan kinestetik (tubuh)
1.      Balapan unik
Tujuan dari bentuk permainan fisik ini adalah agar anak-anak belajar mengendalikan tubuhnya untuk melakukan gerakan dengan cara tertentu. Mereka juga belajar mengatur dan memperkuat keseimbangannya dalam melakukan gerakan yang tidak biasa.
Cara permainan:
a.       Surun beberapa anak (misalnya 3-5 orang) untuk melakukan balapan dengan berjalan menggunakan bagian telapak kaki kaki bagian belakang sampai ke finis.
b.      Balapan juga dapat menggunakan alat tubuh lainnya, seperti berjalan memakai tumir, jongkok, balapan mundur, berjalan kepiting (berjalan menyamping)m melompat satu kaki, melompat mundur, atau berjalan sambil berpegangan tangan.
2.      Ular Bergoyang
Permainan ini bermanfaat dalam melatih koordinasi mata dengan kaki, juga melatih keseimbangan tubuh. Selain itu, permainan ular bergoyang dapat melatih mengembangkan refleksnya, karena hanya punya sepersekian detik untuk menginjak tali sebelum tali itu bergerak.
Cara permainan:
a.       Sediakan tali atau sumbu kompor, pegang ujung satunya, dengan lembut goyang-goyang ujung tali yang anda pegang seperti ular. Lakukan sambil berputar atau berjalan.
b.      Anak disuruh untuk menginjak ujung tali yang bergerak tersebut, mulailah dengan gerakan yang mudah dan kemudian berilah gerakan-gerakan tali yang lebih sulit agar anak tertantang.
c.       Pemegang tali dapat juga dilakukan oleh anak lainnya, sehingga terdapat variasi yang menyenangkan.
3.      Mana Sepatuku
Permainan ini bermanfaat dalam melatih koordinasi mata dengan kaki, juga melatih keseimbangan tubuh.
o   Alat yang digunakan adalah sepatu anak-anak dan guru
o   Semua sepatu dicampur dan diaduk-aduk dan diletakkan diujung ruangan. Diujung lainnya dibuat garis memanjang.
o   Anak-anak dibagi menjadi 2 kelompok, kemudian tiap kelompok berbaris diatas garis
o   Dengan adanya aba-aba guru anak terdepan berlari kearah sepatu berada, mencari dan memakai sepatunya
o   Demikian seterusnya sampai anak terakhir memakai sepatunya
o   Kelompok yang anggotanya terakhirnya selesai labih dulu memakai sepatu adalah kelompok yang menang.
o   Sepatu dapat ditambahkan dengan sepatu anak-anak yang menonton. Guru selalu mengumpulkan kembali sepatu yang bertebaran ketika anak mencari sepatunya.
4.      Kata polisi
o   anak-anak duduk dalam lingkaran menghadap ke tengah
o   Ditengah berdiri seorang anak menjadi pemimpin
o   Anak tersebut memberi perintah kepada anak lain yang harus di laksanakan perintah tersebut didahului dengan “kata polisi”. Misalnya, “kata polisi tepuk tangan 3 kali”
o   Bila pemimpin hanya mengatakan “tepuk tangan 3 kali” anak-anak tidak boleh mengikutinya
o   Bila ada yang melakukan perintah tersebut dia harus keluar dari lingkaran atau anak yang tidak melakukan perintah sesuai aba-aba atau salah melakukan “kata polisi” juga harus keluar dari lingkaran.
o   Begitu seterusnya sampai anak-anak habis
o   Kata polisi dapat diganti dengan “kata bu guru” atau “kata ayah” sesuai kesepakatan bersama.

5.      Sapu tangan dan bola
o   Bola yang digunakan adalah bola besar (ukuran bola kaki)
o   Anak-anak berdiri dalam lingkaran dengan jarak sekitar 1 meter
o   Bola dioperkan dari satu anak kepada anak lainnya yang berada dalam lingkaran
o   Anak yang berada diluar lingkaran berusaha menyentuh bola dengan sapu tangan yang dipegangnya, namun tidak boleh menyentuh anak-anak yang mengoperkan bola
o   Anak yang mengoperkan bola berusaha agar bola yang dipegangnya tidak dapat disentuh saputangan sehingga suasana menjadi riuh.
o   Anak yang bolanya disentuh saputangan (ketika dipegang atau sedang dioper ) atau anak yang tidak dapat menangkap bola yang dioper kepadanya harus keluar dari lingkaran dan menggantikan anak yang memegang saputangan.
o   Guru bertindak sebagai pemimpin di tengah lingkaran


Kesimpulan
Berikut ini kami uraikan hasil kesimpulan makalah ini, yaitu:
1.      Bermain merupakan kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dari dunia anak, sehingga dalam pendidikan anak usia dini, kegiatan bermain harus merupakan prinsip dasar yang menyatu dalam kegiatan belajar.
2.      Dalam merangsang perkembangan fisik-motorik anak, kegiatan yang dirancang tutor juga dapat divariasikan dengan berbagai bentuk permainan, baik permainan yang sudah ada (modern dan tradisional) atau permainan hasil pemikiran tutor.
                                                                                                                                              
Saran
Setelah mengkaji berbagai hal di atas, maka penulis menyarankan agar dikembangkan berbagai jenis permainan yang secara terpadu diterapkan dalam proses pembelajaran anak usia dini.


DAFTAR PUSTAKA
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 2007. Undang-undang No.20 Tahun 2009 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Depdiknas:Jakarta.
M. Solehuddin, 1997. Konsep Dasar Pendidikan Prasekolah. IKIP Bandung:Bandung.
Santrock, Jhon W. 2010. Life-Span Development, Perkembangan Masa Hidup. Jakarta: Penerbit Airlangga.
http://anisachoeriah-paud.blogspot.com/2011/04/makalah-jasmani-untuk-anak.html

Comments

Popular posts from this blog

Latihan Kondisi Fisik Atlit

Organisasi Pertandingan

Dasar Dasar Penjas